Judul : Ice Warm Love
Author : Rizka_RiChan
Genre : Romance
Rating : Teenager
Length : Oneshot
Cast :
-
Wu Yi Fan as Kris (EXO)
-
Sung Hyun Kyo (OC)
-
Song Hanni (OC)
-
Do Kyungsoo (EXO)
-
Park Chanyeol (EXO)
-
Byun Baekhyun (EXO)
-
Zhang YiXing as Lay (EXO)
-
Hwang Zi Tao (EXO)
Author’s
Note :
Anyeonghaseyo~~
Author bawa pacar author, nih. Wekekekek~
FF INI 100% HASIL
PEMIKIRAN AUTHOR. CERITA NYA BENAR – BENAR FIKTIF. TIDAK SESUAI SAMA SEKALI
DENGAN KENYATAAN. AUTHOR TIDAK BERMAKSUD JELEK. AUTHOR HANYA INGIN MENYAMPAIKAN
IDE AUTHOR SAJA. JIKA ADA YANG TIDAK SETUJU DENGAN CAST, ATAU BIAS, ATAU
CRITANYA, AUTHOR MINTA MAAF YA~
NO PLAGIATOR!
Plagiator hanyalah orang – orang yang tidak bisa menghargai hasil orang lain,
yang merusak, dan menyebabkan banyak dampak negative. Saya tahu, FF saya bukan
FF yang sudah sempurna dan bagus, tapi setidaknya hargai ide saya. Saya yakin,
suatu saat plagiator akan merasakan dampak buruk yang pernah dilakukannya dulu.
Maka dari itu, plagiator jauh – jauh ya dari sini.
Author tidak melarang adanya SIDERS.. ^^ Hanya saja, bukannya lebih baik jika kalian member saya komentar, agar saya bisa lebih baik lagi? Bukannya itu hal yang baik? Saya akan benar – benar berterima kasih untuk itu. ^^
Author tidak melarang adanya SIDERS.. ^^ Hanya saja, bukannya lebih baik jika kalian member saya komentar, agar saya bisa lebih baik lagi? Bukannya itu hal yang baik? Saya akan benar – benar berterima kasih untuk itu. ^^
Oke, Mianhae author
banyak omong.. ._.v Enjoy Reading and don’t forget to give a comment! Itu
sangat berarti buat author..^^
~Hyun Kyo PoV~
“Ya!
Sudah – sudah! Terserah! Aku menyerah!”
Aku
membentak namja yang sedari tadi berdiri di sampingku seraya mengobrak – abrik
isi ruang dapur.
“Y-ya!
Kau tak perlu melempar – lempar peralatan memasakku!” ucap namja itu sembari
berlarian mengambil barang – barang yang sudah ku jatuhkan tadi.
Aku
terduduk memegang lututku. Ku benamkan wajahku.
“Aku
gagal, Do Kyungsoo. Aku gagal! Aku harus bagaimana?” Aku mulai merengek.
“Kau
pasti bisa, Sung Hyun Kyo. Hanya perlu berlatih dan belajar sedikit lagi,” ucap
Kyungsoo merayu.
“Semua
yang aku masak tidak ada yang benar, Kyungsoo.”
“Tidak.
Hanya perlu sedikit perbaikan, dan hasilnya akan sangat menakjubkan.” Kyungsoo
menatapku bersama senyumnya yang merekah. Wajahnya seakan – akan menyalurkan
banyak harapan.
“Bagaimana
jika kita coba lagi?” tawaran Kyungsoo aku terima dengan senang hati. Aku
tersenyum dan meraih tangannya yang sedari tadi dia ulurkan untuk membantuku
berdiri.
“Siap?”
ucapnya seraya menatapku.
“Heum,” aku mengangguk dan mulai
melakukan apa yang dia instruksikan.
“Sudah,
cepatlah ke sana!” Chanyeol mendorongku untuk segera berjalan dan menemui
seorang namja yang sedang duduk di café elit
di daerah Myeongdeong. Dia terlihat begitu sibuk mengerjakan tugas – tugas
kuliahnya sambil sesekali melahap French fries yang di pesannya. Pandangannya
sama sekali tidak teralihkan.
Perlahan,
aku berjalan mendekatinya.
“Eum, kau
sendiri saja?”
Namja itu sama
sekali tidak merespon pertanyaanku. Dia terus mengerjakan paper – papernya
tanpa peduli dengan keberadaanku. Aku terus berdiri di hadapannya, menunggu
jawabannya dengan senyum yang mengembang.
Entah sudah berapa
lama, namja itu sepertinya mulai risih. Dia sempat mengalihkan pandangannya
kepadaku, walau hanya sekejap. Tatapannya tajam. Diletakkannya bolpoint yang
dia genggam dan menghembuskan nafas kesal.
“Menurutmu?”
ucapnya sarkastis.
Aku membalas
ucapannya dengan tersenyum lebar. Dia mengalihkan pandangannya dan mulai
mengerjakan paper – papernya kembali.
“Boleh aku
duduk di sini?”
“Kau mau
bagaimanapun, aku tak peduli.”
Aku segera
duduk di sebelahnya. Ku letakkan barang – barangku di meja dan meletakkan
tanganku di bawah dagu. Ku pandangi wajahnya yang tampan itu. Semua ini sudah
cukup membuatku senang. Aku tak peduli dengan sikapnya. Aku sudah terbiasa
dengan sifatnya yang dingin dan tak banyak bicara. Sekalipun dia berbicara, itu
terdengar menohok dan menyakitkan. Tapi biarlah. Aku yang memutuskan untuk masuk
ke kehidupannya, dan biar aku yang menanggung resikonya sendiri.
“Ah Ya, Kris.
Aku membuatkan sesuatu untukmu.”
Segera ku
letakkan tiramisu buatanku di hadapannya. Tiramisu itu sudah ku hias sedemikian
rupa sehingga terlihat sangat lezat dan menarik. Aku hanya terdiam seraya
tersenyum kearahnya, menunggu apa yang akan diucapkannya. Kris hanya menatapnya
datar. Dia kembali sibuk dengan paper – papernya.
“Aku tidak suka
tiramisu.” Ucapnya datar.
Aku hanya
menghembuskan nafas pelan. Gagal lagi. Apa aku salah mendapatkan informasi?
Setahuku dia sangat suka tiramisu. Hanya tiramisu yang dapat membuat moodnya
cepat berubah.
“Bukannya kau
suka Tiramisu?”
“Hah, jangan
sok tau,” jawabnya seraya tersenyum mengejek.
“Heum, baiklah.
Aku akan pergi sekarang. Mungkin tiramisu ini bisa kau berikan pada orang
lain,” aku berdiri seraya merapikan barang – barangku.
“Anyeong,” aku
membungkuk dan segera berjalan menuju tempat di mana teman – temanku berada
yang tak jauh dari café tadi.
“Bagaimana?
Berhasil?” tanya Baekhyun penasaran.
“Gagal, lagi,”
ucapku lemas.
Baekhyun,
Chanyeol, dan Kyungsoo yang sedari tadi menanti jawabanku dengan wajah ceria
perlahan menjadi lesu.
Ya, mereka yang
menemaniku. Mereka ber-tiga adalah sahabatku. Kami sudah berteman sejak kecil.
Dulu, kami selalu bermain bersama, karena jarak rumah kami yang berdekatan.
Jadi, karena aku sudah terbiasa, aku tidak merasa canggung berada di antara
mereka.
“Tak apa.
Mungkin aku saja yang masih kurang berusaha,” aku mencoba meyakinkan mereka
bahwa aku baik – baik saja. “Maaf, aku merepotkan kalian.”
“Gwenchana,”
ucap Chanyeol sembari menepuk pundakku.
“Sudah
seharusnya kami membantumu,” Kyungsoo berdiri di sampingku dan merangkul
pundakku sembari tersenyum.
“Benar kan,
Baekki?” ucap Chanyeol pada Baekhyun. Namun, yang di panggil sama sekali tidak
menghiraukan. Baekhyun malah asyik melihat ke arah lain sembari tersenyum
sendiri dan terlihat seperti menahan tawanya.
“Baekhyun?” Chanyeol mencoba memanggilnya sekali lagi.
“BAEKHYUN!”
Kyungsoo dan Chanyeol berteriak bersama, dan hal itu berhasil membuat Baekhyun
tersadar.
“Ah, ah, ne?
Wae? Mianhae,” ucapnya gelagapan sembari tertawa kecil.
“Apa yang kau
lihat? Pasti yeppeo yeoja, iya kan?” tebak Kyungsoo.
“Ah, ani. Sudah, ayo kita pergi dari sini.”
Aku tak akan berhenti sampai di sini.
Walau
sudah tergores banyak luka.
Aku
yakin, aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan.
Walau
harus terjatuh dan tersakiti.
“Kris!”
Aku segera
berlari menghampirinya yang sedang berjalan melewati koridor. Kris tak
menghiraukan panggilanku dan tetap saja melangkah. Aku menambah kecepatan
berlariku dan segera menyamakan langkahku dengannya. Kris hanya memandangku tajam.
Namun seperti biasa, aku membalasnya dengan senyuman tulus semanis mungkin.
Aku terus saja
berjalan mengikutinya kemanapun dia pergi. Setelah kami lama berjalan tak tentu
arah, dia menghentikan langkahnya dan otomatis langkahku pun terhenti. Aku menatapnya
dengan tatapan bingung?
“Kau kehilangan
barang? Atau ada yang tertinggal?”
tanyaku padanya.
“Bisakah kau
sehari saja tidak muncul di hadapanku?”
Aku hanya bisa
menunduk. Kalau memang aku diharuskan untuk menjawab pertanyaannya, sudah jelas
bahwa jawabannya adalah ‘aku tak akan bisa’. Sehari itu cukup menyiksa.
Aku mendengar
langkah kakinya menjauh. Dia meninggalkanku, lagi.
Oh…
Mengapa harus seperti ini?
Mengapa harus dia?
Dia yang tak pernah peduli
Kan kuubah alurnya jika aku bisa
Jadi aku tak perlu susah – susah merasakan
luka
Sampai kapan akan begini?
Sampai aku rapuh dan tak berdaya?
Aku sudah cukup lelah..
Hari ini,
seperti biasanya. Aku menemui Kris lagi. Saat ini, aku dan dia berada di café
dan sibuk dengan kegiatan masing – masing. Dia sibuk dengan paper – papernya,
dan aku sibuk menyesap hot milk yang aku genggam sembari memperhatikannya.
Entahlah, aku tak pernah merasa bosan.
Tapi hari ini, aku
melihat yang berbeda dari raut wajahnya. Dia terlihat pucat dan lemas. Apa dia
kurang tidur?
“Kris-ah,
gwenchanayo? Kau terlihat pucat,” aku berkata padanya seraya mengulurkan
tanganku menuju dahinya, untuk mengetahui suhu badannya. Namun sebelum tanganku
sampai, dia menepisnya cepat.
“Jangan sentuh
aku. Sedikitpun.”
Hatiku sakit.
Namun, apa aku harus peduli pada kata – katanya? Biarlah. Aku sudah sering
mendengarnya. Sudah ku katakan bahwa ini sudah menjadi resiko yang harus aku
tanggung, bukan?
“Tapi, Kris.
Kau-“
Kris segera
bangkit dan merapikan barang – barang miliknya. Dia bangkit dan berjalan
meninggalkanku. Namun belum jauh dia berjalan, tubuhnya tak seimbang dan hampir
terjatuh.
“Kris!”
Aku segera
berdiri dan menopang tubuhnya sekuat tenagaku. Tubuhnya yang jelas – jelas
lebih tinggi dariku jelas tidak mudah aku papah seorang diri.
“Aku sudah
bilang-“
“JANGAN BICARA
LAGI!” aku membentaknya. Aku sudah terlalu panik. Ku papah tubuh Kris menuju
apartement miliknya yang tak jauh dari tempat kami berada.
“Sudah
ku duga, kau pasti kelelahan. Kau terlalu sibuk mengurusi tugas – tugas itu,
sampai melupakan kesehatanmu.”
Aku
membawakan semangkuk bubur untuk Kris. Aku baru saja membuatnya. Ku letakkan
bubur beserta segelas air putih di meja dekat tempat tidur Kris.
“Bisakah
kau pergi sekarang?”
Hatiku sakit, lagi. Ah, mungkin dia hanya
ingin sendiri. Lebih baik aku segera meninggalkannya. Aku segera merapikan
barang – barangku dan berjalan ke pintu keluar.
“Hubungi
aku jika kau butuh sesuatu. Aku pergi dulu. Semoga kau cepat sembuh. Anyeong,”
aku tersenyum dan segera keluar.
Biarlah..
Walau tak ada
senyuman yang terlukiskan
Tak ada kata manis yang terucap
Asal aku ada
di sampingnya
Asal aku bisa
membantunya
Setidaknya,
itu sudah cukup untukku
Aku benar – benar cemas sekarang. Aku mengedarkan pandanganku,
mencari sosok yang ku khawatirkan. Siapa lagi, Kris pastinya. Aku ingin
memastikan, apakah dia sudah sehat dan baik – baik saja.
Kekhawatirkanku
lenyap ketika ku lihat Kris sedang berkumpul dan berbincang – bincang dengan
teman – temannya. Aku segera berdiri dan melangkah menuju tempatnya.
“Lay,
aku benci yeoja seperti dia. Aku malas harus melihat wajahnya setiap hari.”
Seketika
itu juga, aku langsung menghentikan langkahku. Dadaku sesak. Aku kesulitan
bernafas. Tenggorokanku tercekat. Aku segera mundur beberapa langkah,
menyembunyikan diri agar Kris dan teman – temannya tidak mengetahui
keberadaanku sekarang.
“Dia
buruk dari yang terburuk.”
“Tapi
Hyung-“
“Sudahlah,
Tao. Aku tak akan merubah keputusanku. Apapun yang dia lakukan, tidak akan ada
gunanya. Sekali aku tak suka, seterusnya juga akan seperti itu.”
Tak
ada gunanya? Benarkah semua yang kulakukan sia – sia?
“Ya..
ya, Hyung. Kami mengerti.”
Belum cukupkah pengorbanan yang aku lakukan?
Aku harus apa
lagi?
Apa semua
akan berakhir sia – sia?
Jangan..
Jangan seperti ini…
Aku sudah
berulang kali tersakiti..
Aku terisak, dan tanpa sadar suaraku sampai ke telinga Kris dan
teman – temannya. Seketika, mereka mengedarkan pandangan dan menemukanku. Aku
hanya diam dan terus menangis. Aku sudah terlalu rapuh dan hancur.
“Aa,
eum, in – ini buka seperti yang-“
Belum
selesai Kris berbicara, aku segera berlari menjauh dan meninggalkannya. Lari
sejauh mungkin. Aku tak ingin melihatnya sekarang, itu membuatku lebih terluka. Aku melihat Kris
berlari dari kejauhan. Aku segera menyebrangi jalan yang cukup sepi.
“Hyun
Kyo!”
BRAKK
Aku
mendengar suara yang begitu besar dan mengejutkan. Aku mengusir segala
pemikiran negativeku. Aku ingin melihat apa yang terjadi di belakang, tapi
entahlah, aku terlalu takut.
Perlahan,
aku menengok ke belakang dan mendapati Kris sudah tergeletak di tanah dengan
tubuh bersimbah darah tanpa ada mobil atau apapun di sana.Aku segera berlari ke
arahnya dan meletakkan kepala Kris di pangkuanku. Ku genggam tangannya erat.
Tak peduli apa yang telah terjadi padaku
Dan apa yang dia lakukan
Yang pasti
Aku tak ingin kehilangannya
Aku menemani
Kris yang sedang berbaring dengan mata terpejam sembari menggenggam tangannya
erat. Bau obat – obatan mendominasi ruangan bercat putih ini.
Syukurlah, Kris
tidak mengalami luka yang cukup banyak. Untung saja, kemarin ambulance datang
tepat waktu. Sehingga, Kris bisa lebih cepat tertolong.
Ku rasakan jari
– jarinya bergerak. Aku segera bangkit dari posisi ku tadi. Ku pandangi
wajahnya. Matanya perlahan mulai terbuka dan mencoba beradaptasi dengan cahaya
– cahaya yang ada.
“Kris!” aku
segera memeluknya. Entahlah, aku merasa benar – benar merindukannya. Setelah
sekian lama, ku lepas pelukanku dan ku tatap wajahnya dengan senyuman.
“Gomawo,” ucap
Kris sembari tersenyum. Apa yang dia ucapkan? Terima kasih? Dan dia tersenyum
padaku?
“Hei hei hei,
mengapa kau menangis, hah?”
Aku segera
mengusap air mata yang tiba – tiba keluar. Entahlah, mungkin karena aku terlalu
senang. Senyum itu, yang tidak pernah kudapatkan dulu, sekarang dapat
kurasakan. Bukan senyum sinis seperti biasanya, namun senyumnya yang tulus dan
teduh.
Apa ini jadi awal cerita indah?
Yang akan berakhir seperti apa yang
aku inginkan?
Sudah 5 hari
Kris di rawat di rumah sakit ini. Aku yang menemaninya setiap hari. Terkadang
Chanyeol, Baekhyun, Kyungsoo, Lay, dan Tao mengunjungi kami. Dokter bilang,
beberapa hari lagi, Kris sudah boleh pulang.
“Hei, Hyung!
What’s up! Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?” Lay dan Tao datang sambil
menenteng buah – buahan yang dibelinya.
“Hey, ini rumah
sakit. Kecilkan sedikit suaramu.” Lay hanya tertawa mendengar omelan Kris.
“Syukurlah.
Beberapa hari ini, aku merasa baikan. Terima kasih sudah mengunjungiku.”
“Aigoo, Hyung.
Tak usah berterima kasih,” ucap Tao.
“A-yo! Kami
datang!” ku lihat Baekhyun, Chanyeol, dan Kyungsoo masuk sembari memberikan
kimchi yang kupesan.
“Aigoo, tempat
ini sudah seperti pasar malam.” Ucap Kris.
“Gwenchana,
Hyung. Biar kau tak bosan di sini. Kita yang akan meramaikan suasana.” Chanyeol
berkata sembari mengeluarkan senyum khas nya.
Dan benar saja,
suasana benar – benar menjadi ramai. Kyungsoo dan Baekhyun yang menirukan suara
Oh Kwang Rok, Chanyeol yang melakukan tingkah – tingkah gila, dan Lay yang
terlihat lucu dengan tingkah innocentnya. Semua ini terasa sangat menyenangkan.
Kami begitu dekat satu sama lain.
Tok.. tok..
tok..
Seorang yeoja
membuka pintu ruangan setelah beberapa kali mengetuknya. Ekspresi Kris seketika
berubah menjadi dingin dan sinis. Dia membuang muka, mengalihkan pandangan dari
yeoja itu. Lay dan Tao langsung menghentikan tawanya dan terdiam. Sedangkan
aku, Chanyeol, Baekhyun, dan Kyungsoo saling bertatapan. Kami benar – benar tak
mengerti apa yang terjadi sekarang.
“Kris,
mianhaeyo,” yeoja itu menghampiri Kris dan memegang lengannya, namun Kris
menepis tangan yeoja itu kasar. Yeoja itu mulai terisak. Air matanya benar –
benar tak terbendung. Lay dan Tao yang sepertinya mengerti akan keadaan ini
mengajak kami meninggalkan Kris dan yeoja itu. Kami pun langsung keluar dan
menutup pintu.
~Kris PoV~
“Kau sudah
gila.”
“Ya, aku memang
sudah gila. Aku gila karenamu, Kris.”
“Dan lihatlah.
Kau sudah puas dengan apa yang kau perbuat, HAH?!”
“Itu di luar
dugaanku. Aku kira akan kena tepat pada yeoja itu, dan ternyata..“
Yeoja ini sudah
benar – benar gila. Untuk apa dia merencanakan hal macam itu? Berusaha
mencelakai Hyun Kyo dengan cara yang sangat berbahaya. Menjalankan mobil dengan
kecepatan sangat tinggi, dan berusaha menghantam tubuh Hyun Kyo. Tapi
sayangnya, semua tak sesuai rencananya.
“Aku sudah
menuruti permintaanmu untuk menjauh darinya, tapi mengapa kau masih berusaha
mencelakainya?!”
“Menjauh?! Lalu
mengapa dia masuk ke apartementmu?! Ada di sampingmu?! Aku tak peduli. Kau
hanya milikku! Milikku!”
“Cukup Song Hanni!
Aku muak! Aku akan membatalkan pertunangan ini!”
“Tidak! Tidak
bisa! Itu tidak akan terjadi!”
“Hah, jadi kau
lebih memilih masuk penjara? Kalau memang begitu, akan ku telepon polisi
sekarang juga.”
Song Hanni
menatapku terkejut. Aku rasa, dia sudah tidak bisa membela diri lagi. Yeoja
manja seperti dia tidak akan mau mendekam di penjara. Yeoja itu mendengus kesal
dan segera keluar sembari menghentak – hentakkan kakinya keras. Dia menutup
pintu ruangan dengan keras. Aku hanya tersenyum penuh kemenangan. Setidaknya,
aku bisa bernafas lega sekarang.
~Hyun Kyo PoV~
Aku
sudah mendengar semua nya dari Lay. Dia menceritakan saat kami menunggu di
luar. Ternyata, Aku salah paham. Yeoja yang mereka bicarakan saat itu adalah
Song Hanni, yeoja yang tergila - gila
pada Kris. Dia tidak segan – segan untuk menyakiti yeoja – yeoja yang mendekati
Kris. Itulah yang menjadi alasan mengapa Kris bersikap begitu dingin kepada
yeoja – yeoja di sekitarnya. Dan itulah alasan mengapa dia menghindariku,
berkata kasar padaku, dan melakukan hal – hal yang tidak menyenangkan lainnya.
Hal itu dilakukan hanya untuk membuat aku menjauh darinya.
Lay
menyuruhku masuk setelah yeoja gila itu keluar. Dia menyuruhku berbicara berdua
dengan Kris. Perlahan, ku buka pintu ruangan dan melangkahkan kakiku
mendekatinya.
“Kris,
aku sudah tahu semuanya.” aku menghampiri Kris dan berdiri di samping tempat
tidurnya. Kris menatapku penuh penyesalan. Kami sama – sama terdiam. Kris
menghembuskan nafas pelan.
“Mianhae,
aku sering membuatmu terluka. Terlalu banyak kesalahan yang aku perbuat. Aku
benar – benar minta maaf.” Kris menggenggam tanganku.
“Aku
kira usahaku akan sia – sia.” Setetes air mata jatuh dan membasahi pipiku.
“Tidak.
Karena kau berhasil membuatku jatuh cinta padamu.” Aku menatapnya terkejut.
Kris hanya tersenyum teduh.
“Jadi?
Kita..” ucap Kris.
“Ya!”
Aku segera memeluknya dan meluapkan segala yang kurasakan. Kelegaan,
kebahagiaan, semua bercampur menjadi satu. Kris yang dingin dan sinis berubah
menjadi Kris yang hangat dan penuh kasih sayang. Aku makin mencintai Kris yang
sekarang.
“Ngomong
– ngomong, buatkan aku tiramisu lagi ya, Chagi? Rasanya sangat enak.”
Aku
membuka mataku setelah lama terpejam. Tiramisu? Bukannya dia tidak menerima
tiramisuku saat itu?
“Dia
membuka dan memakan tiramisu buatanmu saat kau sudah pergi menemui kami saat
itu. Dan kau tahu? Dia seperti orang yang sudah satu tahun tidak makan.” ku lepas pelukanku ketika mendengar Baekhyun
mengungkap semuanya.
“Oh,
jadi karena hal itu kau tertawa sendiri saat itu?” tanya Chanyeol.
“Ya
begitulah. Aku melihat dia memakannya. Kalian tak tahu bagaimana sikap Kris
saat memakan tiramisu itu.”
“Ya!
Jangan diteruskan. Kau mempermalukanku.” semua tertawa melihat Kris yang
terlihat kesal.
Di
sela – sela gelak tawa kami, tangan ku dan Kris tetap bertautan. Aku merasakan
kehangatan dan ketenangan. Semakin kueratkan genggaman tanganku.
Ice Prince-ku..
Tetaplah membawa sejuta kehangatan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar